aduh, adui dan . . .

Saturday, November 29, 2008

entahlah, apa yang bermain difikran sekarng, terasa kosong... kenapa? ya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya aku merasa putus-asa... sedih sungguh manusia2 yang buat aku rasa putus-asa ni.. penat, dan puas aku terangkan mengapa masih keras hati untuk menerima kenyataan? kalau kata2 orng itulah merupakan bukti yang ulung, yang tidak disangkal mengapa tidak dijadikan sahaja pedoman hidup? tidak kah orng yang biasa bercakap benar itu menipu dalam hidupnya? dan tidak bisakah orng yang berckap bohong itu bercakap benar?? jgn melulu dalam membuat pertuduhan, dalam mahkamah pun kes kecil pun bukan selesai dalam masa sebulan dua... ini untuk jaga keadilan semua pihak... mmg kita rasa kita bagus untuk memeprtahankan kawan kita but jangan lupa kita mungkin membunuh semnagat insan lain yang ingin berubah... cerita yang lama, kisah yang silam biarkanlah ianya berlalu... Kalau betul kita ni UMAT MUHAMMAD SAW, kita xkan megungkit kesalahan dan keaiban orng.

dipetik dari "http://www.freelists.org/post/salafy/Ghibah-Antara-Terlarang-dan-Yang-Diperbolehkan"

ghibah adalh berkata2 ttg keburukan dan keaiban orng mukmin yang lain.

Ghibah ini haram hukumnya dan sangat dicerca. Ibnu Katsir rahimahullah
berkata : [ Karena itulah Allah Tabaraka Wa Ta?ala menyerupakan perbuatan
ghibah ini dengan memakan daging manusia yang telah mati, sebagaimana Dia
berfirman : ?Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging saudaranya
yangtelah mati? Maka tentunya kalian tidak menyukainya (merasa jijik



dipetik dari "http://www.bajubusanamuslim.com/artikel/5/jangan-tukar-pahalamu-dengan-dosa-saudaramu.html"

Jangan Tukar Pahalamu dengan Dosa Saudaramu
Semua tahu, bahwa ghibah, menggunjing itu dosa. Entah kenikmatan macam apa yang menyebabkan seseorang merasa enjoy ketika memakan bangkai saudaranya. Entah kepuasaan apa pula yang dirasakan sehingga seseorang merasa lega dan tersanjung saat menceritakan aib saudara muslimnya.

Bahkan, orang yang memiliki hobi menggunjing tak mampu pula menahan lisannya, meskipun ia sedang berada di mejelis-mejelis yang utama. Di majelis ilmu, ia 'sempatkan' untuk menggunjing. Saat menghadiri undangan walimah, dijadikannya sebagai ajang untuk menyebarkan informasi tentang aib seseorang muslim yang berhasil ditemukannya. Dalam waktu yang bersamaan ia memperhatikan hal-hal yang ganjil di tempat acara sebagai bahan untuk diobral di majelis yang lain. Begitupun ketika bertamu, dia mengajak tuan rumah untuk menjadi partner ghibah, sekaligus mencari-cari aibnya, siapa tahu ada bahan yang bisa disebarkan ke orang lain. Ia seperti orang yang memilih bergumul dalam comberan di tengah taman bunga yang indah dan wangi. Tempat dan momen yang mestinya ia pergunakan untuk memperkaya pundi-pundi pahala, justru digunakan mengumpulkan dosa di dalamnya.

Padahal, kehinaan perilaku ghibah luar biasa. Di dalam Al-Quran, Allah mengumpamakannya dengan memakan bangkai saudaranya. Bahkan bau busuknya pernah tercium oleh Nabi SAW dan para sahabatnya, sebagaimana yang dikisahkan oleh Jabir bin Abdillah, "Suatu kali kami bersama Nabi SAW, tiba-tiba kami mencium bau busuk yang menyengat, lalu Rasulullah SAW berkata, "Ini adalah bau busuk orang yang menggunjing orang-orang mukmin." (HR. Ahmad, Ibnu Abid Dunya)

Karenanya, ketika Amru bin Ash melewati bangkai seekor bighal yang telah membusuk, ia berkata kepada teman-temannya, "Sungguh seseorang memakan bangkai ini hingga perutnya penuh, itu lebih baik daripada ia memakan daging saudara muslim (menggunjingnya)."

Di samping menjijikkan, ghibah itu laksana penyakit kronis yang berbahaya. Seperti yang dikatakan oleh Hasan Al-Bashri, "Demi Allah, ghibah itu lebih cepat menggerogoti agama seseorang dibanding penyakit kronis yang menggerogoti jasadnya."

Kelak, mereka akan terkejut, pahala amal shalih yang telah dikumpulkannya ternyata ludes untuk membayar dosa ghibah yang dilakukannya. Jika kebaikan habis, keburukan orang yang digunjing akan ditimpalkan kepadanya. Sungguh ironi, ia menukar pahalanya dengan dosa saudaranya.

Yang lebih mengerikan, apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda, "Ketika aku dimi'rajkan oleh Allah, aku melihat suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah dan dada mereka sendiri, lalau aku bertanya kepada Jibril, "Siapakah mereka itu wahai Jibril?" Jibril menjawab, "Itu adalah orang yang suka memakan daging saudaranya dan menodai kehormatannya." (HR. Abu Dawud)

Semoga Allah menjaga lisan kita dari dosa. Amin.

Disadur dari : Majalah Islam Ar- Risalah Hal. 9 No. 83/Vol. VII/11 Rabiul Tsani-Jumadil Ula 1429 H/Mei 2008

1 comments:

Al-Razi said...

Disebut dalam hadith yang diriwayatkan oleh Syuhaib ra yang meriwayatkan baginda bersabda :

“ Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin kerana semua perkara yang menimpanya ialah kebaikan dan tidaklah berlaku perkara ini melainkan hanya kepada orang yang beriman. Apabila dia diberi nikmat lalu disyukurinya maka menjadilah nikmat itu sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya apabila dia diuji dengan musibah maka dia bersabar lalu menjadikan pula musibah itu sebagai kebaikan baginya” (Hadith sahih riwayat Muslim no. 2999).

“Sesungguhnya Allah bersama dengan golongan yang sabar” (Al-baqarah : 153).

“ Dan bersabarlah serta tempatkan dirimu bersama orang-orang yang sering berdoa kepada tuhan mereka” (Al-Kahfi : 28).

Dari Mus’ab bin Said dari bapanya ra berkata : Aku bertanya kepada rasulullah siapakah manusia yang paling dahsyat menerima bala ? Maka dijawab : Para nabi kemudian yang seperti mereka dan yang seperti mereka. Diuji seorang manusia itu berdasarkan kadar agamanya, jika dia seorang yang kuat beragama maka kuatlah pula bala yang diterimanya, dan jika seseorang itu lemah agamanya maka diuji hanya pada kadar agamanya. Tidaklah hilangnya bala itu pada seorang hamba sehinggalah dia berjalan di atas tanah dengan telah terhapus segala dosa-dosanya” (hadith hasan Sahih, riwayat tirmidzi no. 2398, Ibn majah, Ahmad).

Dari riwayat Abu Hurairah ra bahawa sesungguhnya nabi bersabda : “Barangsiapa yang diingini oleh Allah akan kebaikan maka diujinya dengan musibah” (hadith Sahih riwayat Bukhari, Muwatho dan Ahmad).


“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian” (Ali Imran : 200).

 
Setangkai Rasa Seindah Bicara - Design by: Searchopedia convertido para o Blogger por TNB